1. Buah Pinang
Sebutir pinang yang telah diupas kulitnya dan diraci. Tidak boleh
dibelah dua (utuh). Dalam adat Melayu Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan
Riau, Indonesia, buah pinang melambangkan keikhlasan
dan ketulusan hati seseorang. Lurusnya hati seumpama mempulur pinang.
Buah tersebut diletakkan di dalam cembul, yaitu tempat di dalam tepak
sirih.
2. Kapur Sirih
Kapur sirih berwarna putih melambangkan kebersihan dan kesucian hati. Kapur ini juga diletakkan di dalam cembul.
3. Gambir
Melambangkan keberkatan dan obat penawar. Gambir juga diletakkan di dalam cembul.
4. Tembakau
Tembakau diletakkan di dalam cembul, gunanya untuk menyugi gigi sesudah
memakan sirih. Tembakau melambangkan kebersihan jasmani.
5. Daun Sirih
Daun sirih melambangkan kebesaran, persaudaraan, dan persatuan. Hal
tersebut disebabkan sifat dari sirih yang mudah tumbuh dan memiliki
khasiat untuk mengobati beragam penyakit. Daun sirih dari pihak
laki-laki disusun dalam posisi telungkup dalam jumlah ganjil. Daun sirih
telungkup bermakna rendah hati dan berserah diri. Lain halnya sirih
dari pihak perempuan yang disusun telentang. Hal ini melambangkan
penerimaan dan penyerahan diri. Daun sirih yang bertemu ujung bermakna
tercapainya kesepakatan di kedua belah pihak.
6. Kacip
Merupakan alat pembelah atau peracik buah pinang. Terbuat dari besi.
Selain untuk meracik juga digunakan untuk mengupas kulit pinang. Kacip
melambangkan se-iya se-kata, kemufakatan bersama dalam keputusan yang
baik.
Kamis, 27 November 2014
Sabtu, 22 November 2014
Salam hangat dari divisi humas Festival Kampung Senapelan 2014!
Kali ini admin akan membagikan info menarik yakni mengenai sejarah kota Pekanbaru. Lantas apa hubungannya kota Pekanbaru dengan kampung Senapelan?
Berikut penjelasannya.
Sebelumnya, Pekanbaru itu berasal dikenal denga nama Senapelan. Awalnya, Senapelan itu dulunya masih sebuah lahan ladang dan kemudian menjadi sebuah perkampungan. Lalu, perkampungan itu pindah dan diberi nama dusun Payung Sekaki yang terletak di pinggir sungai Siak. Namun, masyarakat dusun sudah terbiasa dengan nama Senapelan. Maka, masyarakat lebih memilih nama Senapelan daripada Payung Sekaki.
Kemudian, dikatakan dalam riwayatnya, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah yaitu seorang raja dari kerajaan Siak Sri Indrapura memutuskan untuk membangun istananya di dekat perkampungan Senapelan dan beliau juga membangun sebuah mesjid yang kini dikenal dengan Mesjid Raya kota Pekanbaru. Lalu, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah membuat sebuah 'Pekan' atau sebuah pusat perbelanjaan atau aktifitas masyarakat Senapelan. Namun sepertinya usaha Sultan Abul Jalil Alamudin Syah sia-sia, 'Pekan' yang dibangunnya tersebut tidak berkembang. Setelah itu, Muhammad Ali yakni putra dari Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah berinisiatif melanjutkan kembali pembangunan 'Pekan' tersebut dan membuatnya menjadi berkembang. 'Pekan' tersebut dibangun di dekat pelabuhan yang kini kita lihat terdapat pasar bawah, plaza Senapelan, dan lain sebagainya.
Setelah itu, pada tanggal 23 Juni 1784 (21 Rajab 1204 H), berkumpullah datuk-datuk besar yang terdiri dari 4 suku, yakni suku Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar dalam sebuah musyawarah. Mereka sepakat untuk mengganti nama Senapelan menjadi 'Pekan Baharu', karena nama Senapelan mulai ditinggalkan oleh masyarakat pada saat itu. Dan kemudian masyarakat sampai saat ini terbiasa menyebutnya dengan 'Pekanbaru'.
Bagaimana saudara-saudara mengenai penjelasan sejarah kota Pekanbaru di atas? Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca serta kita semua.
#ney
Jalan Senapelan pada tahun 1938 (source: bertuah.org) |
Sebelumnya, Pekanbaru itu berasal dikenal denga nama Senapelan. Awalnya, Senapelan itu dulunya masih sebuah lahan ladang dan kemudian menjadi sebuah perkampungan. Lalu, perkampungan itu pindah dan diberi nama dusun Payung Sekaki yang terletak di pinggir sungai Siak. Namun, masyarakat dusun sudah terbiasa dengan nama Senapelan. Maka, masyarakat lebih memilih nama Senapelan daripada Payung Sekaki.
Kemudian, dikatakan dalam riwayatnya, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah yaitu seorang raja dari kerajaan Siak Sri Indrapura memutuskan untuk membangun istananya di dekat perkampungan Senapelan dan beliau juga membangun sebuah mesjid yang kini dikenal dengan Mesjid Raya kota Pekanbaru. Lalu, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah membuat sebuah 'Pekan' atau sebuah pusat perbelanjaan atau aktifitas masyarakat Senapelan. Namun sepertinya usaha Sultan Abul Jalil Alamudin Syah sia-sia, 'Pekan' yang dibangunnya tersebut tidak berkembang. Setelah itu, Muhammad Ali yakni putra dari Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah berinisiatif melanjutkan kembali pembangunan 'Pekan' tersebut dan membuatnya menjadi berkembang. 'Pekan' tersebut dibangun di dekat pelabuhan yang kini kita lihat terdapat pasar bawah, plaza Senapelan, dan lain sebagainya.
Setelah itu, pada tanggal 23 Juni 1784 (21 Rajab 1204 H), berkumpullah datuk-datuk besar yang terdiri dari 4 suku, yakni suku Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar dalam sebuah musyawarah. Mereka sepakat untuk mengganti nama Senapelan menjadi 'Pekan Baharu', karena nama Senapelan mulai ditinggalkan oleh masyarakat pada saat itu. Dan kemudian masyarakat sampai saat ini terbiasa menyebutnya dengan 'Pekanbaru'.
Pembangunan Jembatan Ponton (sekarang dikenal dengan nama Jembatan Siak atau Pleton) |
Jembatan Siak atau Pleton setelah dibangun |
#ney
Jumat, 21 November 2014
Festival Kampung Senapelan ini adalah acara festival pertama di Pekanbaru yang mengangkat marwah Melayu dan panitianya terdiri dari mahasiswa/i FKIP B.Indonesia & B.Inggris yang mengambil mata kuliah Tradisi Melayu & Pembelajaran Budaya Melayu di Universitas Riau. Acara ini bukanlah suatu proyek atau bisnis apapun juga, acara ini murni dibuat dari kreatifitas mahasiswa/i tersebut yang sudah mau menyumbangkan tenaganya, baik secara moral atau lainnya.
Para mahasiswa/i tidak bekerja sendirian. Mereka dibantu oleh para mentor-mentor yang bijaksana dan cukup mengerti dibidangnya. Para mahasiswa/i juga dibagi per-divisi, agar mereka mudah menyelesaikan tugasnya masing-masing. Tidak hanya itu saja, para mahasiswa/i juga turun langsung dengan masyarakat disana agar terjalin hubungan serta komunikasi yang baik. Tentu saja kami sebagai panitia mengharapkan kerjasama yang baik antara seluruh panitia dengan masyarakat kampung Senapelan, termasuk pemuda/i disana.
Acara ini berlangsung dari tanggal 20-21 Desember 2014. Akan ada pameran foto, wisata kuliner, berbagai macam penampilan kesenian, dan berbagai hal yang berhubungan dengan kebudayaan Melayu. Untuk itu, kami berharap agar masyarakat dapat meramaikan acara ini karena sama sekali tidak dipungut biaya apapun.
Salam hangat, panitia Festival Kampung Senapelan 2014.
#ney
https://www.facebook.com/festivalkampungsenapelan
Para mahasiswa/i tidak bekerja sendirian. Mereka dibantu oleh para mentor-mentor yang bijaksana dan cukup mengerti dibidangnya. Para mahasiswa/i juga dibagi per-divisi, agar mereka mudah menyelesaikan tugasnya masing-masing. Tidak hanya itu saja, para mahasiswa/i juga turun langsung dengan masyarakat disana agar terjalin hubungan serta komunikasi yang baik. Tentu saja kami sebagai panitia mengharapkan kerjasama yang baik antara seluruh panitia dengan masyarakat kampung Senapelan, termasuk pemuda/i disana.
Acara ini berlangsung dari tanggal 20-21 Desember 2014. Akan ada pameran foto, wisata kuliner, berbagai macam penampilan kesenian, dan berbagai hal yang berhubungan dengan kebudayaan Melayu. Untuk itu, kami berharap agar masyarakat dapat meramaikan acara ini karena sama sekali tidak dipungut biaya apapun.
Salam hangat, panitia Festival Kampung Senapelan 2014.
#ney
https://www.facebook.com/festivalkampungsenapelan
Rabu, 19 November 2014
Tari zapin mulanya berasal dari tanah arab
yaitu yaman dimana tarian zapin tersebut digunakan sebagai hiburan
dikalangan istana khusuhnya di negeri parsi tarian zapin
itu berasal. Kemudian dibawa dari Hadramaut, oleh saudagar arab pada
awal abad ke-16 dan masuk ke Johor Lingga, 1824 tumbuh dan berkembang
pada kerajaan Johor, Riau, dan Lingga. Barulah tari zapin merebak ke
sekitar daerah melayu seperti Malaysia, Singapura, Indonesia dan Brunei
Darussalam.
Perkembangan tari zapin identik dengan budaya melayu maupun dengan hal berpantun. Seniman dan budayawan mampu membuat seni tradisinya. Tidak mandek tapi penuh dinamika yang selalu dapat diterima dalam setiap keadaan. Makanya tari zapin masih eksis sampai saat ini. Bagaimanapun juga walaupun tari zapin masih eksis sampai sekarang tentunya ada daerah yang membuat tari zapin itu lebih berkembang dikalangan masyarakatnya. Tari zapin pada saat sekarang ini lebih berkembang di daerah pesisir pantai atau daerah kepulauan.
Tari zapin tumbuh dan berkembang didaerah melayu seperti daerah Brunei, Malaysia, singapura, dan Indonesia. Di Indonesia khususnya daerah yang ada suku melayu nya seperti Jakarta(betawi), Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat(Minang Kabau), Lampung, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Dan Bengkulu. Dan Khususnya didaerah Riau Tari zapin berkembang di daerah Siak Sri Indrapura, Bengkalis, Pelalawan dan disetiap daerah yang terdapat perbedaan latar belakang.
Selasa, 18 November 2014
Assalamualaikum kawan-kawan, ncik, puan, tuan, dan semuanya.
Kali ini kita akan coba share resep masakan khas melayu Riau yaitu "Bolu Kemojo"
Bahan-bahan :
Kali ini kita akan coba share resep masakan khas melayu Riau yaitu "Bolu Kemojo"
Bahan-bahan :
- 3 butir Telur ayam
- 1 ½ gelas Santan ditambah air pandan
- 125 g Margarine
- 150 g Tepung segitiga
- 125 g Gula
- ¼ sdt Garam
- Vanilla
Cara membuat:
- Telur dan gula diaduk;
- Masukan santan, tepung, dan margarin cair, aduk sampai rata;
- Panaskan cetakan;
- Tuangkan adonan kedalam cetakan dan dioven selama 45 menit pada suhu 175 derajat Celcius, dengan panas yang merata di atas dan bawah. Selamat mencoba
source: http://krishadiawan.blogspot.com/2010/03/resep-masakan-khas-melayu-riau.html
Langganan:
Postingan (Atom)